Banyak orang lebih menyukai media yang menampilkan berita atau cerita. Diakui atau tidak, hal ini timbul karena tabiat manusia yang cenderung menikmati kabar masa kini atau masa lalu. Tabiat ini membawa manusia untuk menjadikan berita dan kisah itu sebagai bagian dari ‘hiburan’, dan yang lebih penting lagi bahwa darinya kita bisa memetik hikmah dan pelajaran.
Sebenarnya apabila kita cermati di dalam al-Qur’an telah dimuat sekian banyak berita dan cerita kisah nyata mengenai masa lalu, masa kini, bahkan masa depan. Hal ini tersusun dengan indah dan rapi bersama muatan Kitabullah yang lain semacam hukum-hukum dan pelajaran seputar tauhid dan aqidah. Sebagaimana dipaparkan oleh sebagian ulama, bahwa secara garis besar isi dari al-Qur’an itu bisa dibagi menjadi tiga kategori; kisah, hukum, dan tauhid. Oleh sebab itu surat al-Ikhlas (Qul huwallahu ahad) yang membahas keesaan Allah disebut sepertiga al-Qur’an.
Di dalam al-Qur’an, Allah mengisahkan kepada kita mengenai dakwah para nabi beserta tanggapan dari umatnya. Di dalam al-Qur’an pula Allah menceritakan kepada kita berbagai tekanan dan hambatan serta permusuhan yang muncul dari kaum musyrik dan kafir. Bahkan di dalam al-Qur’an Allah pun menceritakan mengenai makar dan kejahatan kaum munafik. Begitu banyak kisah dan faidah yang bisa kita ambil dari kisah-kisah al-Qur’an. Belum lagi apabila kita membaca ayat-ayat yang memberitakan apa-apa yang akan terjadi di alam akhirat, berupa nikmat dan siksa. Nikmat bagi kaum beriman, dan siksa bagi kaum yang durhaka dan kufur kepada Rabbnya.
Satu hal yang kita yakini, bahwa kisah-kisah al-Qur’an akan memberikan faidah dan sentuhan ruhani tersendiri bagi setiap insan beriman. Terlebih lagi jika kisah-kisah ini disampaikan oleh orang yang memahami tafsirnya dengan baik. Para ulama di sepanjang jaman pun terus membuka majelis ilmu untuk menggali faidah dari ayat-ayat al-Qur’an, dan termasuk di dalamnya adalah mengenai kisah-kisah yang tercantum di dalamnya. Allah bahkan menyebut kisah-kisah al-Qur’an itu sebagai kisah-kisah terbaik dan terindah bagi manusia.
Untuk bisa menyajikan kisah-kisah al-Qur’an ini kepada masyarakat dengan benar dan menyentuh tentu dibutuhkan kehadiran program kajian khusus seputar tema ini melalui media-media yang bisa diakses oleh kaum muslimin. Bahkan apabila memungkinkan hendaknya setiap masjid menggalakkan kembali kajian-kajian tafsir demi memetik faidah iman, ilmu, dan bimbingan kehidupan darinya. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Tidaklah samar bagi kita, bahwa sesungguhnya rahasia kejayaan umat ini adalah ketika mereka benar-benar serius kembali kepada Kitabullah. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat sebagian kaum dengan Kitab ini, dan akan merendahkan sebagian kaum yang lain dengan Kitab ini pula.” (HR. Muslim)
Kesadaran untuk kembali mempelajari dan merenungkan al-Qur’an adalah sebuah kesadaran yang harus ditumbuhkan dan disebarluaskan. Karena membaca al-Qur’an saja tanpa merenungkan kandungannya tidak cukup untuk membawa umat ini kepada kejayaan.
Sayangnya di sebagian tempat di negeri kita bacaan al-Qur’an seolah hanya menjadi seremoni untuk menandakan adanya warga yang tertimpa musibah kematian. Atau al-Qur’an hanya digalakkan bagi anak-anak kecil usia SD sementara ketika mereka masuk jenjang SMP hidupnya berubah menjadi pecandu game dan hape. Mau dikemanakan masa depan generasi penerus bangsa ini?
Segenap pihak punya andil untuk membangun kesadaran ini. Mari kita mulai gerakan kembali kepada al-Qur’an ini dari diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita…